The Golden W: [TN30H - Day 5] Just A Little (New) House

Wuah, udah lebih dari satu minggu nih aku ga ngepost! Maaf deh, lagi sibuk banget seminggu kemarin.... Insya Allah mulai hari ini rajin lagi deh~

Kebetulan tema di hari ke-5 ini tentang tempat tinggal. Dari kemarin aku pengen banget nulis soal rumah baruku keluargaku. Yes finally, setelah 15 tahun ~~aku~~ keluargaku akhirnya punya “rumah” lagi.

Memang selama 15 tahun aku merasa ga pernah benar-benar punya “rumah”. 15 tahun yang lalu Ayah kena PHK dan akhirnya memutuskan untuk buka warung kecil-kecilan di rumah. Awalnya sih emang cuma warung kecil, tapi lama kelamaan warung itu berkembang menjadi toko yang “memakan” setengah dari bagian rumah. Taman di samping rumah yang dulu jadi tempat bermain kesukaanku dan adikku terpaksa dibongkar. Lantai satu rumah kami semuanya dirombak jadi toko, kami pun harus menempati lantai dua. Ga ada lagi ruang makan, kami ga punya ruang tamu lagi. Sedih? Pasti! Aku juga kadang berpikir ingin punya rumah biasa seperti teman-teman yang lain.

Nah, akhirnya tahun ini ibu memutuskan untuk beli rumah. Rumah yang benar-benar rumah, untuk kita tinggali dan bukan untuk dijadikan toko seperti rumah-rumah sebelumnya. Dan itu bukan di Bandung, tapi di Jogja. Tahun ini kontrak rumah kami memang sudah habis. Waktu cari kontrakan baru ibu malah ditawari untuk beli rumah, dan yah, ibu pun memutuskan untuk beli. Katanya sih, kontrakan di Jogja sekarang udah mahal, mending uangnya dipake buat nyicil rumah. Sebagai anak yang baik ya aku sih manut aja.

Our Little New House~

Rumah baru ini tempatnya di kabupaten Bantul, ga masuk kota jogja. Deket sih dari kampusku, paling naik motor cuma lima menit. Tapi tempatnya itu looh, masih berasa kampung banget. Waktu survey pertama kali aku langsung mikir, “serius nih kita mau tinggal di tempat kaya gini??”

Jalanan yang serem abis!

Aku menempati rumah baru ini saat masih KKN, itu artinya aku harus lewat jalan itu malem-malem. Bayangin tengah malem lewatin jalan itu sendirian….

Tembok yang ada diujung kiri jalan itu dibaliknya ada pemandian, namanya sendang. Aku ga tahu pasti sih, tapi kata orang-orang itu tempat buat nyari wangsit gitu. Malem-malam banyak orang datang kesana buat berendam. Aku pernah lewat sana di malam 1 Suro, kebetulan aku baru pulang KKN. Sepanjang jalan sempit itu rame banget sama mobil dan motor! Heran deh, kok ya di zaman modern gini masih aja ada yang percaya begituan. Yang bikin serem itu malem-malem suka ada bau dupa dan kemenyan, hiii....

Oke, mari beralih ke rumahku keluargaku. Rumah ini ada di komplek perumahan baru gitu. Dari tujuh rumah di perumahan ini baru tiga yang ditempatin. Satu rumah masih dalam tahap finishing, satu lagi baru dibangun pondasinya, dan dua sisanya bahkan masih tanah. Kebayang kan sepinya? Aku juga heran di Jogja ini perumahan skalanya kecil semua. Paling cuma 10-20 rumah satu perumahan itu. Kalau di Bandung sih satu perumahan bisa sampe ratusan rumah.

Komplek kecil yang belum jadi~

Rumah ini cuma rumah kecil tipe 45, dengan dua kamar tidur dan satu kamar mandi. Cukuplah kalau hanya untukku dan ibu, dan ayah yang datang setiap akhir pekan. Ada sedikit tanah di depan rumah yang disulap menjadi taman kecil oleh ayah, meskipun belum jadi sih. Ayah dan ibu memang dari dulu suka sama tanaman. Sekarang aja setiap beli buah bijinya selalu ditanam sama ayah dan dijadikan bibit. Katanya sih kalau ada pameran tanaman ayah mau bagi-bagi bibit yang udah jadi, hahaha.

Taman mini karya Ayah~

Aku kira tinggal di daerah ini tuh tenang, tapi sepertinya belum bisa tenang sampai semua rumah disini selesai dibangun. Tukang-tukang masih sibuk berseliweran dari pagi sampe sore. Dan setiap sore juga anak-anak suka main di depan rumah. Mereka dengan ributnya mainan pasir bangunan dan main petak umpet di rumah sebelah yang belum jadi.